A.
EVALUASI PROGRAM
1.
Pengertian Program dan Evaluasi
Program
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai
unit yang berisi kebijakan dan rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan
yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang
realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam
proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian
tujuan program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program
digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya.
untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya.
3.
Manfaat Evaluasi Program
Evaluasi sama artinya
dengan kegiatan supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan untuk
mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah
dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi program dapat berupa penghentian program,
merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program.
4.
Evaluator Program
Evaluator program harus orang-orang yang memiliki kompetensi
yang mumpuni, di antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan
tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab. Evaluator dapat berasal dari
kalangan internal (evaluator dan pelaksana program) dan kalangana eksternal
(orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan
implementasi program).
5.
Hakikat antara Tujuan Program dengan
Tujuan Evaluasi Program
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai
unit yang berisi kebijakan dan rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk
diimplementasikan di lapangan. Sedangkan evaluasi program bertujuan untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan
implementasi program yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan tindak lanjut
atau pengambilan keputusan.
B.
PERENCANAAN EVALUSI PROGRAM
Ada
dua cara yang lazim dilakukan dalam melakukan analisis kebutuhan, yaitu secara obyektif
dan subyektif. Kedua cara tersebut dimulai dari identifikasi lingkup tujuan
penting dalam program, menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan,
menyusun kriteria (standar) untuk tiap-tiap indikator dan membandingkan kondisi
yang diperoleh dengan kriteria. Ciri khas dalam cara melakukan analisis
kebutuhan secara subjektif adalah mengumpulkan semua evaluator untuk
bersama-sama menentukan skala prioritas kebutuhan.
Selain
dua cara tersebut evaluator dapat juga menggunakan gabungan dari keduanya,
yaitu sebagian menggunakan cara obyektif, sebagian yang lain mernggunakan cara
subyektif. Di samping itu, seorang evaluator dapat juga menambahkan bahan lain
yang diambil dari pihak laur dirinya. Yang dimaksud dengan pihak luar
diantaranya adalah kawan-kawan dekat atau anggota keluarga lain dari responden
yang diperkirakan pihak tersebut memang diperlukan dan data yang diberikan
dapat dipercaya.
Evaluasi
program tidak lain adalah penelitian, dengan cirri-ciri khusus. Oleh karena
evaluasi program sama dengan penelitian maka sebelum memulai kegiatan,seperti
juga penelitian, harus membuat proposal. Isi dan langkah-langkah dalam
penyusunan proposal sama dengan proposal dalam penelitian.
Dalam
pembahasan kali ini hanya tiga hal yang akan dijelaskan secara khusus. Ketiga
hal dimaksud, sekaligus butir yang rawan adalah sebagai berikut :
1. Bagian pendahuluan, menentukan garis
besar isi bagian ini.
2. Bagian metodologi berisi tiga hal
pokok, yaitu penentuan sumber data, metode pengumpulan data, dan penentuan
instrumen pengumpulan data. Ada tiga sumber data yang didahului dengan huruf P
(kata bahasa Inggris), yaitu : Person ( manusia), Place (tempat)
dan paper (kertas dan lain-lain). Penentuan metode pengumpulan data harus
disesuaikan dengan sumber data.
3. Bagian cara menentukan evaluasi.
Instrumen pengumpul data evaluasi adalah alat yang diperlukan untuk mempermudah
pengumpulan data.
Jenis instrument sebanyak jenis
metode yang digunakan dan selanjutnya pemilihan jenis instrument pengumpulan
data harus disesuaikan dengan metode yang sudah ditentukan oleh evaluator.
Instrumen merupakan alat untuk mempermudah penggunaan metode dalam pengumpulan
data.
Ada lima langkah yang harus dilalui
dalam menyusun instumen yaitu :
1)
Identifikasi indikator sebagai obyek sasaran evaluasi.
2)
Membuat tabel hubungan antara komponen-indikator-sumber
data-metode-instrumen,
3)
Menyusun butir-butir instrumen
4)
Menyusun kriteria-kriteria penilaian,dan
5)
Menyusun pedoman pegerjaan
C.
LANGKAH-LANGKAH EVALUASI PROGRAM
Secara
garis besar tahapan Evaluasi Program meliputi : tahapan persiapan
evaluasi program, tahap pelaksanaan, dan tahap monitoring. Penjelasan tentang
langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :
1.
Persiapan Evaluasi Program
§ Penyusunan evaluasi
§ Penyusunan instrumen evaluasi
§ Validasi instrumen evaluasi
§ Menentukan jumlah sampel yang
diperlukan
§ Penyamaan persepsi antar evaluator
sebelum data di ambil
2.
Pelaksanaan Evaluasi Program
Evaluasi
program dapat dikategorikan evaluasi reflektif, evaluasi rencana, evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Keempat jenis evaluasi tersebut mempengaruhi
evaluator dalam mentukan metode dan alat pengumpul data yang digunakan.
Dalam pengumpulan data dapat
menggunakan berbagai alat pengumpul data antara lain : pengambilan data dengan
tes, pengambilan data dengan observasi ( bias berupa check list, alat perekam
suara atau gambar ), pengambilan data dengan angket, pengambilan data dengan
wawancara, pengambilan data dengan metode analisis dokumen dan artifak atau
dengan teknik lainya.
3.
Tahap Monitoring (Pelaksanaan)
Monitoring pelaksanaan evaluasi
berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana program.
Sasaran monitoring adalah seberapa pelaksaan program dapat diharapkan/ telah
sesuai dengan rencana program, apakah berdampak positif atau negatif.
Teknik dan alat monitoring dapat berupa :
- Teknik pengamatan partisipatif
- Teknik wawancara
- Teknik pemanfaatan dan analisis data
dokumentasi
- Evaluator atau praktisi atau
pelaksana program
- Perumusan tujuan pemantauan
- Penetapan sasaran pemantauan
- Penjabaran data yang dibutuhkan
- Penyiapan metode/alat pemantauan
sesuai dengan sifat dan sumber/jenis data
- Perencanaan analisis data pemantauan
dan pemaknaannya dengan berorientasi pada tujuan monitoring
D.
ANALISIS DATA DALAM EVALUASI PROGRAM
Dalam
penelitian data di bagi dua yaitu data kuantitatif dan kualitatif, dengan kedua
jenis ini kemudian data diolah. Jenis pertama terkait dengan statistika
sedangkan yang kedua sebaliknya atau nonstatistika. Dalam menganalisis dan
mengolah data kuantitatif hendaknya dilakukan dengan tabulasi data. Tabulasi
merupakan coding sheet untuk memudahkan peneliti dalam mengolah dan
menganalisis data. Karena memahami secara tabulasi lebih mudah dibandingkan
dengan bentuk uraian narasi yang panjang. Analisis data kuantitatif dapat
dilakukan dengan dua cara, Pertama. Statistik Deskriptif adalah suatu teknik
pengolahan data yang tujuannya melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa
membuat atau menarik kesimpulan atas populasi yang diamati. Kedua, Statistik
Inferensial yaitu mencakup metode-metode yang berhubungan dengan analisis
sebagian data yang dilakukan untuk meramalkan dan menarik kesimpulan atas data
dan akan berlaku bagi keseluruhan gugus atau induk dari data tersebut.
Statistik ini juga disebut dengan statistik parametrik berlaku untuk data
interval atau rasional jika datanya normal. Dan apabila datanya tidak normal
serta berbentuk ordinal atau nominal, maka jenis statistik yang digunakan
adalah statistik nonparametrik.
Tidak
semua data dilapangan berbentuk simbol-simbol yang bisa dikuantifikasi dan
dihitung secara matematis. Ada kalanya datanya abstrak yang tidak dapat
dimanipulasi menjadi numerik sehingga data jenis ini hanya dapat dilakukan
dengan analisis kualitatif.
Kegiatan dalam menganalisis data
kualitaitif dapat melalui tahapan-tahapan berikut :
1. Dengan mereduksi/menyiangi data
2. Display data
3. Menafsirkan data
4. Menyimpulkan dan verifikasi
5. Meningkatkan keabsahan hasil
6. Narasi hasil analisis.
E. EVALUASI HASIL BELAJAR
Konsep
Dasar Evaluasi Hasil Belajar
1.
Pengertian Pengukuran, Penilaian dan
Evaluasi
Wiersma
dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat
bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga
testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini
sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan
kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit
menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran
dan testing.
Ralph
W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit
berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what
extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel
Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa
evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful
information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael
Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to some
standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana
untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan
pengolahan data.
Sementara
itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian
angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh
orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas,
sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan
tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang
membedakan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Arikunto menyatakan
bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran
bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Hasil
pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund
(1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of
pupil behavior”
Pengertian
penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan
oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai
suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik ,
Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman
(1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or
objects according to certain established rules”
2.
Tujuan Evaluasi
Sebagaimana
diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi ilaksanakan dengan berbagai
tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan
tujuan:
·
Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
·
mengetahui tingkat keberhasilan PBM
·
menentukan tindak lanjut hasil penilaian
·
memberikan pertanggung jawaban (accountability)
3.
Fungsi Evaluasi
Sejalan
dengan tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak
fungsi, diantaranya adalah fungsi:
ü Selektif
ü Diagnostik
ü Penempatan
ü Pengukur keberhasilan
Selain
keempat fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada
fungsi-fungsi lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
Ø Remedial
Ø Umpan balik
Ø Memotivasi dan membimbing anak
Ø Perbaikan kurikulum dan program
pendidikan
Ø Pengembangan ilmu
4.
Manfaat Evaluasi
Secara
umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran,
yaitu :
a.
Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi,
dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen
b.
Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan
“masalah”, dll
c.
Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM
Sementara
secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait
dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan kepala sekolah.
Bagi Siswa
Mengetahui tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan
Bagi Guru
·
Mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan :
melanjutkan, remedial atau pengayaan
·
Ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat
kesulitan, dll.
·
Ketepatan metode yang digunakan
Bagi Sekolah
Ø hasil belajar cermin kualitas
sekolah
Ø membuat program sekolah
Ø pemenuhan standar
5.
Macam-macam Evaluasi
a.
Formatif
Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu
pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu
proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan
tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru
memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara
Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and
weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the
instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan
untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan
pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to
monitor student progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan
siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan
dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan
dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu
pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan
kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkiran masih
sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan
kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh
gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil
untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari
evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan
remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami
kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang
telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang
memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan
yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
b. Sumatif
Evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang
didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke
unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan
tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa
atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah
selesai pembahasan suatu bidang studi.
c. Diagnostik
Evaluasi
diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan
dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan
yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik
pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal
dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik
dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus
dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui
bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru
dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh.
Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
Perbandingan
Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif Ditinjau dari Tes Diagnostik, Tes
Formatif, Tes Sumatif, Fungsinya:
§ Mengelompokkan siswa berdasarkan
kemampuannya
§ Menentukan kesulitan belajar yang
dialami
§ Umpan balik bagi siswa, guru maupun
program untuk menilai pelaksanaan suatu unit program
§ Memberi tanda telah mengikuti suatu
program, dan menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan
anggota kelompoknya
Cara
memilih tujuan yang dievaluasi :
Ø memilih tiap-tiap keterampilan
prasarat
Ø memilih tujuan setiap program
pembelajaran secara berimbang
Ø memilih yang berhubungan dengan
tingkah laku fisik, mental dan perasaan Mengukur semua tujuan instruksional
khusus Mengukur tujuan instruksional umum Skoring (cara menyekor)
Ø menggunakan standar mutlak dan
relatif
Ø menggunakan standar mutlak
Ø menggunakan standar relative
6.
Prinsip Evaluasi
Terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar
mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1). Dirancang secara jelas abilitas yang
harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan
interpretasi hasil penilaian. à patokan : Kurikulum/silabi.
2). Penilaian hasil belajar menjadi
bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3). Agar hasil penilaian obyektif,
gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya
komprehensif.
4). Hasilnya hendaknya diikuti tindak
lanjut.
Prinsip
lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah:
1). Penilaian hendaknya didasarkan pada
hasil pengukuran yang komprehensif.
2). Harus dibedakan antara penskoran
(scoring) dengan penilaian (grading)
3). Hendaknya disadari betul tujuan
penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN)
4). Penilaian hendaknya merupakan bagian
integral dalam proses belajar mengajar.
5). Penilaian harus bersifat komparabel.
6). Sistem penilaian yang digunakan
hendaknya jelas bagi siswa dan guru.
7.
Pendekatan Evaluasi
Ada
dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor
menjadi nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga
akan menghasilkan nilai yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan
yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan
Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP).
Sejalan
dengan uraian di atas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W. James Popham
menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua
perbedaan tujuan substansial, yaitu pengukuran acuan norma (NRM) yang berusaha
menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha
menetapkan status absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser, Wiersma menyatakan
norm-referenced interpretation is a relative interpretation based on an
individual’s position with respect to some group. Glaser menggunakan konsep
pengukuran acuan norma (Norm Reference Measurement / NRM) untuk menggambarkan
tes prestasi siswa dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman
relatif siswa. Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan /
ketidaktuntasan absolut siswa atas perilaku spesifik, menggunakan konsep
pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement).
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP),
Criterion Reference Test (CRT)
Tujuan penggunaan tes acuan patokan
berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan
didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat
gambaran yang jelas tentang performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan
bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan
kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status
individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan /
dirumuskan dengan baik.
Pada pendekatan acuan patokan,
standar performan yang digunakan adalah standar absolut. Semiawan menyebutnya
sebagai standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced interpretation is an
absolut rather than relative interpetation, referenced to a defined body of
learner behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan
pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase.
Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan sekor
tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh
performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu
kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa bergantung pada
tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima
siswa mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan
sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka
kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan
ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur
tingkat pencapaiannya.
Dalam menginterpretasi skor mentah
menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu
ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya
kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
Rentang Skor Nilai
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D
< 44% E / Tidak lulus
2. Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm
Reference Test (NRT)
Tujuan penggunaan tes acuan norma
biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas
belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta
tes dalam hubungannya dengan performans kelompok peserta yang lain yang telah
mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang mendasar antara
pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar
performan yang digunakan.
Pada pendekatan acuan norma standar
performan yang digunakan bersifat relatif. Artinya tingkat performan seorang
siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya; Tinggi
rendahnya performan seorang siswa sangat bergantung pada kondisi performan
kelompoknya. Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah norma
kelompok. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan
sekor (performan) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara
teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya adalah (1)
dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki
sekor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi untuk
mendapatkan nilai A atau B. Situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi
beberapa siswa. (2) standar relatif membuat terjadinya persaingan yang kurang
sehat diantara para siswa, karena pada saat seorang atau sekelompok siswa
mendapat nilai A akan mengurangi kesempatan pada yang lain untuk
mendapatkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar